Senin, 02 Desember 2013

METODOLOGI AHLUSSUNAH WAL JAMAAH DALAM BIDANG AKIDAH


  • METODOLOGI AHLUSSUNAH WAL JAMAAH DALAM BIDANG AKIDAH.

  1. MENGENAL BEBERAPA ISTILAH.
Membicarakan akidah ahlussunah wal jamaah tidak akan terlepas  dari pembicaraan tentang ilmu kalam.Karena dengan ilmu ini  para ulama ahlussunnah waljamaah berupaya melindungi akidah kaum muslimin dari invasi ideologis dan pemikiran kelompok-kelompok ahli bid”ah.Ada banyaknama yang disematkan terhadap ilmu akidah atau ilmu kalam menurut ahlussunah wal jamaah.
Ilmu akidah disebut dengan ushul al-din yaitu pokok-pokok agama,karena materi kajian ilmu akidah ini menyangkut akidah-akidah yang merupakan pokok bagi agama,seperti kepercayaan yang berkaitan dengan ketuhanan (ilahiyat),kepercayaan yang berkaitan dengan kenabian (nubuwat),kepercayaan yang berkaitan dengan hal-hal gaib seperti tentang hari akhir,hari kiamat,hari pembalasan,surga,neraka dan lain-lain.
Ilmu akidah juga dinamakan dengan ilmu kalam yakni kalam tuhan karena dalam ilmu kaidah ini banyak dibicarakan tentang sifat-sifat tuhan anatar lain adalah sifat kalam.Sedangkan para ulama dan para ahli ilmu kalam disebut dengan mutakllimun yaitu para pakar ilmu kalam.
Ilmu akidah juga dinamakan dengan lmu tauhid yaitu ilmu tentang ke –esaan tuhan,karena banyak objek kajian  dalam ilmu ini banyak di fokuskan  terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ilmu  ke-esaan tuhan.
Ilmu akidah juga dinamakan dengan ilmu aqa”id  yakni ilmu tentang keyakinan-keyakinan,karena objek kajian dalam ilmu akidah ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan dan kepercayaan.
Ilmu akidah juga dinamakan ilmu al nazhar wa al istidlal karena ilmu akidah ini lebih banyak bersandar  pada hasil penalaran dan pembuktian dengan dalil aqli (akal) disamping dalil naqli.
Sebagian ulama  yaitu al imam abu hanifah menamakan ilmu akidah ini dengan al fikh al akbar yaitu ilmu besar.Sedangkan ilmu  yang berkaitan  dengan amaliah sehari-hari sepertiibadahhhalat,zakat,puasa,haji dan lain-lain dinamakannya dengan al fiqh al ashgar yaitu fiqih kecil.Abu hanifah mendifinisikan fiqh dengan ma”rifat al nafsi ma laha wa ma alaiha(pengetahuan tentang sesuatu yang bermanfaat dan berbahaya bagi diri seseorang).
Di Indonesia ada juga orang –orang yang menamakan ilmu akidah ini dengan sifat dua puluh ,karena  dalam ilmu akidah ini dibicarakan tentang sifat wajib bagi allah  yang jumlahnya dua puluh.Ada pula yang menamakannya  dengan ilmu sifat lima puluh karena dalam ilmu akidah ini dibicarakan tentang sifat-sifat yang wajib,mustahil dan yang jaiz bagi allah dan rasul NYA yang jumlahnya ilmu (dalam bahasa istilah penamaan).
Pendeknya istilah-istilah tersebut yaitu ushul al din,ilmu kalam,ilmu tauhid ilmu aqaid ,ilmu sifat dua puluh dan al fiqh al akbar merupakan istilah bagi objek yang satu ,yaitu ilmu yang membicarakan tentang keyakinan dan kepercayaan tentang ketuhanan,kenabian,keakhiratan dan lain-lain.
Apabila kita berbicara tentang istilah ushul al din (pokok-pokok agama ),tentu di sana ada juga istilah furu” al din(cabang-cabang agama).Dalam istilah keagamaan,furu al din memiliki konotasi terhadap masalah-masalah ibadah yang dikerjakan setiap hari,seperti shalat,puasa,zakat,haji,nikah,jual beli dan lain-lain.Dari sini dapat di simpulkan bahwa ushul al din adalah keyakinan-keyakinan dalam beragama ,sedangkan furu al din adalah amaliah-amaliah sehari-hari kita dalam beragama .
Disini kita hanya akan membicarakan tentang ushul al din (pokok-pokok agama ).

  • PENGERTIAN AHLUSUNNAH WAL JAMAAH.
Secara kebahasaan ahlusunnah wal jamaah atau disingkat dengan ASWAJA adalah istilah yang tersusun dari tiga kata.

  • Pertama kata ahl yang berarti keluarga ,pengikut atau golongan .
  • kedua kata al sunnah secara etimonologis (lughawi) kata al sunnah memiliki arti al-thariqah (jalan dan perilaku),baik jalan dan perilaku tersebut benar atau keliru.Sedangkan secara terminologis, al sunnah adalah jalan yang ditempuh oleh nabi saw dan para sahabatnya yang selamat dari keserupaan (syubhat) dan hawa napsu.Dalam konteks ini hadratusysyaikh kiai Hasyim asy"ari mengatakan :

Sunnah seperti dikatakan oleh abu albaqa dalam kitab al kuliyat karangannya,secara kebahasaan adalah jalan meskipun tidak di ridhoi.
Sedangkan al sunnah menurut syariat ialah nama bagi jalan dan perilaku yang di ridhoi dalam agama yang ditempuh oleh rasulullah atau orang-orang yang menjadi teladan dalam beragama seperti para sahabat semoga allah meridhoinya ,berdasarkan sabda nabi saw :Ikutilah sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin sesudahku.(risalah ahlusunnah waljamaah,jombang maktabah alturats 1418 h,hal 5).
Ketiga ,kata al jamaah secara etimonogis kata al jamaah ialah orang-orang yang memelihara kebersamaan dan kolektifitas dalam mencapai suatu tujuan ,sebagai kebalikan dari kata alfirqah,yaitu orang yang bercerai berai dan memisahkan diri dari golongannya.Sedangkan secara terminologis kata al jamaah ialah mayoritas kaum muslimin (al-sawad al azham) dengan artian bahwa ahlussunnah wal jamaah adalah aliran yang
yang di ikuti oleh mayoritas kaum muslimin,sebagaimana syaikh Abdullah al harari berikut ini:Hendaklah diketahui bahwa ahlusunnah adalah mayoritas umat nabi muhammad saw mereka para sahabat dan golongan yang mengikuti mereka dalam prinsip-prinsip akidah..sedangkan aljamaah adalah mayoritas terbesar (al-sawad al azham (mayoritas kaum muslimin),seiring dengan hadist nabi saw :
dari anas bn malik semoga allah meridhoinya berkata aku mendengar rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat (berkumpul) pada kesesatan,oleh karena itu apabila kalian melihat terjadinya perselisihan maka ikutilah kelompok mayoritas..(ibnu majah 3950,abd humaid dalam musnadnya  1220,dan althabrani dalam masnad al syamiyyin 2069,alhafidz alsuyuti menilainya sahih dalam al jami al shagir 1/88).
 Dalam hadist lain rasulullah saw juga bersabda :Ibnu mas"ud berkata nabi bersabda :Tiga perkara yang dapat membersihkan hati seorang mukmin dari sifat dendam dan kejelekan yaitu tulus dalam beramal,berbuat baik kepada penguasa,dan selalu mengikuti kebanyakan kaum muslimin,karena doa mereka akan selalu mengikutinya.(syaikh abdulah alharari 1328-1429 h/1910-2008 m,izhhar al aqidah alsunniyah b-syarah al aqidah al thahawiyyah,beirut dar al masyari" 1997 hlm 14-15).
Hadist ini memberikan pengertian bahwa orang yang selalumengikuti mainstream mayoritas kaum muslimin dalam hal akidah dan aml saleh maka barokah doa mereka akan selalu mengikuti dan melindunginya dari sifat dengki dan kesesatan dalam beragama .Sedangkan orang yang keluar dari mainstream mayoritas kaum muslimin maka dia tidak akan memperoleh barakah doa mereka,sehingga tidak akan terjaga dari sifat dengki dan kesesatan dalam beragama.(alimam ali alqari al harawi,mirqat almafatih syarah miskat al mashabih juz 1,hlm 442).

  • CIRI KHAS AKIDAH AHLUSUNNAH WAL JAMAAH
Apabila anda ditanya apakah ciri khas ahlusunnah waljamaah?
maka jawabnya adalah aswaja meyakini Allah itu ada tanpa arah dan tanpa tempat.
Halini diantara yang membedakan aswaja dengan aliran-aliran yang lain. 
Terdapat sekian banyak dalil-dalil aqli yang menunjukkan bahwa allah ada tanpa arah dan tempat.Allah swt berfirman :ليس كمثله سيئ
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan dia (alsyura ayat 11)
Ayat ini adalah ayat yang paling tegas dalam menjelaskan kesucian allah secara mutlaq dari menyerupai apapun.Allah swt tidak meyerupai makhluk NYA  dari aspek apapun,sehingga Allah itu tidak butuh tempat yang menjadi tempat NYA dan tidak butuh pada arah yang menentukan NYA.Keberadaan Allah swt tanpa tempat dan tanpa arah,seperti yang dikiatakan oleh sayidina ali bn abi thalin semoga allah meridhoinya:
كان الله ولا مكان وهو الان على ماعليه كان
Allah swt itu ada sebelum adanya tempat dan keberadaan allah sekarang seperti keberadaan NYA sebelum adanya tempat.(abu mansur abdul qahir bn thahir al baghdadi alfarq baina al farq hlm 256).
Ayat diatas juga menjadi dalil bagi aswaja bahwa allah memiliki sifat mukhalafatuhu lil hawaditsi yaitu allah tidak menyerupai mahkluk-mahkluk nya .Sifat ini termasuk sifat salbiyah yaitu sifat yang menafikan sifat-sifat yang tidak layak bagi allah.
Oleh karena itu mustahil Allah swt menyerupai makhluk yang mempunyai roh seperti manusia,jin,malaikat dan lain-lain.Allah juga mustahil menyerupai benda-benda padat (jamad),baik benda diatas maupun yang ada di bawah (salim alwan al hasni ghayat albayan fi tanzih allah an al jihat wa almakan hlm 150). 
Ulama aswaja menjelaskan bahwa alam (makhluk allah)terbagi atas dua bagian,yaitu benda (ain) dan sifat benda ("aradh).
Kemudian benda menjadi dua.
Pertama al jauhar al fard yaitu benda yang tidak dapat terbagi lagi karena telah mencapai batas kecil.Dan kedua jism yaitu benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian.Benda yang terakhir ini juga terbagi menjadi dua bagian.Pertama benda latif yaitu sesuatu yang tidak dapat dipegang oleh tangan seperti cahaya,kegelapan,roh,angin dan sebagainya dan kedua benda katsif yaitu sesuatu yang dapat dipegang oleh tangan seperti manusia,tanah,benda-benda padat(jamad) dan lain sebagainya.
Benda juga mempunyai sifat yang melekat kepada dirinya seperti bergerak,diam,berubah,bersemayam,berada di tempat dan arah,duduk,turun,naik dan sebagainya.Ayat di atas menegaskan kepada kita bahwa allah tidak menyerupai makhluk NYA,sehingga sudah barang tentu allah itu bukan aljauhar al fard,bukan benda latif dan buka juga benda  katsif.Dan tentu saja alah tidak boleh disifati dengan sifat-sifat benda.Ayat tersebut diatas  cukup sebagai dalil bahwa allah ada tanpa tempat dan tanpa arah,tentu akan banyak yang serupa dengan NYA.
Karena dengan demikian allah mempunyai dimensi (panjang,lebar dan kedalaman).Sedangkan sesuatu yang mempunyai dimensi,maka ia adalah mahkluk yang membutuhkan kepada yang menjadikannya dalam dimensi tersebut ( al imam sa"duddin al taftazani syarah al aqidah al nasafiyah  hlm 23-27).
 Mungkin disini ada yang bertanya apakah akal dapat menerima terhadap keberadaan sesuatu tanpa arah dan tanpa tempat?
Jawaban dari pertanyaan ini adalah dalil berikut ini yang juga menunjukkan bahwa allah itu ada tanpa arah dan tanpa tempat dengan  hadist sohih :
عن عمران بن حصين رضي الله عنهما قال قال رسو ل الله صلى الله عليه و اله وسلم : كان الله و لم يكن شيئ غيره (رواه البخاري 2953)
Imran bn hushain semoga allah meridhoinya berkata : rasulullah saw bersabda:  Allah ada pada azal (keberadaantanpa permulaan dan belum ada sesuatu pun selain NYA.\)
  Hadist di atas memberikan penjelasan bahwa allah itu ada pada azal (keberadaan tanpa permulaaan),ketika tidak ada sesuatu apapun bersama NYA.Pada azal belum ada angin,cahaya,kegelapan,arsy,langit.manusia,jin,malaikat,waktu,tempat dan arah,karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru yaitu makhluk.
 Sekarang apabila akal dapat menerima bahwa allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah,maka tentu  saja akal dapat menerima wujud NYA allah tanpa tempat dan arah setelah terciptanya tempat dan arah.Dan hal ini bukan termasuk penafian atas wujudnya Allah.
Al imam al hafizd al baihaqi mengatakan :
sebagian sahabat kami dalam menafikan tempat bagi allah,mengambil dalil dari hadist :
عن ابي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم : قال انت الظاهر فليس فوقك شيئ و انت الباطن فليس دونك شيئ (رواه مسلم 4888
Abu hurairah meriwayatkan dari nabi saw yang bersabda : Engkaulah al dzahir (yang segala sesuati menunjukkan akan ada NYA ) ,tidak ada sesuatu di atas MU dan emgkau lah al bathin (yang tidak dapat dibayangkan ) tidak ada sesuatu di bawah MU (muslim 4888)
Jika tidak ada sesuatu di atas NYA da tidak ada sesuatu di bawah NYA sudah barang tentu Dia tidak bertempat. ( al hafizd abu bakar ahmad bn alhusain al baihaqi kitab al asma wa shifat hlm 400.)
Oleh karena itu  allah itu ada tanpa tempat dan arah,sayidina ali bn abi tholib semoga allah meridhoinya berkata : ان الله خلق العرش اظهارا القدرية و لم يتخذه مكانا لذاته
Sesungguhnya Allah menciptakan arsy (mahkluk allah yang paling besar) untuk menampakkan kekuasaan NYA bukan untuk menjadikannya  tempat bagi dzatNYA /abu manshur abdul qahir bn tahir al baghdadi al farq baina firaq hlm 256.
Keyakinan bahwa wujudnya Allah tanpa tempat dan arah adalah kesepakatan aswaja sejak generasi salaf soleh.Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh seorang ulama salaf yaitu al-imam Abu ja"far al -thahawi dalam  al aqidah al -thahawiya :
Maha suci allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar sehingga allah tidak mempunyai ukuran sama sekali),batas akhir,sisi-sisi,anggota badan yang besar (seperti(tangan,wajah dan anggota badan lainya)maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut,lidah, anak lidah,hidung,telinga dan lainya),dia tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru (atas,bawah,kanan,kiri,depan dan belakang),tidak seperti mahkluk NYA yang diliputi enam penjuru tersebut.(abdullah al harari izhar al aqidah al suniyyah bi syarah al aqikdah al-thahawiyah hlm 163 dan 343).
   Pernyataan al imam al thahawai tersebut merupakan ijma (konsesus) para sahabat dan ulama salaf yang saleh,karena al imam al thohawi menulis kitabnya al aqidah al thohawiyah sebagai rangkuman dari akidah-akidah yang menajdi keyakinan seluruh sahabat dan ulama salaf yang saleh.Al imam abu mansur al baghdadi juga mengatakan :Ahulussunah wal jamaah juga bersepakat bahw allah itu tidak diliputi oleh tempat dan tidak dilalui oleh zaman.(al faq baina firaq hlm 256).
Oleh karena itu Aswaja sepakat meyakini bahwa allah itu ada tanpa tempat dan arah,maka kelompok yang meyakini  bahwa allah ada di arsy itu bukan dari aswaja akan tetapi disebut kelompok mujassimah dan muyabibbah kelompok aliran sesat dan menyesatkan,seperti yang ditegaskan oleh al hafizd ibn hajar al asqalani damam fathul bari :Sesungguhnya kaum musyabbibah dan mujassimah adalah mereka yang mensifati allah dengan tempat padahal allah maha suci dari tempat.


  • DASAR-DASAR AKIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH


Pokok-pokok keyakinan yang berkaitan dengan tauhid dan lain-lain menurut aswaja harus dilandasi oleh dalil dan argumentasi yang definitif (qath"i) dari alquran,hadist,ijma" ulama dan argumentasi akal yang sehat.Para ulama  yang menulis karangan -karangan  dalam membantah  aliran-aliran ahli Bid"ah (aliran menyimpang akidahnya) dan kelompok-kelompok yang meyimpang selalu didasarkan pada dalil-dalil tersebut diatas hirarkis .Dalam konteks ini al imam al gazali mengatakan :Ahli nazhar (nalar) dalam ilmu akidah ini pertama kali  berpegangan  dengan ayat-ayat alquran,kemudian dengan hadist-hadist rasul saw dan terakhir dengan dalil-dalil rasional (masuk akal) dan argumetasi-argumentasi analogis..( abu hamid al gzazali al risalah al-laduniyah (majma rasail al imam al ghazali hlm 244).

    

  •   Berikut ini rincian dalil-dalil tersebut secara hirarkis :
  • 1.ALQURAN.

 Alquran al karim adalah pokok dari semua argumentasi dan dalil.Alquran adalah dalil yang membuktikan  kebenaran risalah nabi muhammad saw  dan dalil yang membuktikan benar dan tidaknya  suatu ajaran.Al quran juga merupakan  kitab allah terakhir  yang menegaskan pesan-pesan kitab-kitab samawi sebelumnya.Allah memerintahkan  dalam alquran  agar kaum muslimin senantiasa mengembalikan persoalan yang diperselisihkan kepada allh swt dan rasulnya :
 فإن تنازعتم  في شيئ  فردوه الى الله و الرسول (النساء 59)
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada allah (alquran) dan rasul (sunnahnya) (annisa ayat 59).
Mengembalikkan persoalan kepada allah berarti mengembalikannya kepada alquran,sedangkan mengembalikannya kepada sunnah rasul yang shahih.

  • 2.HADIST.

 Hadist adalah dasar kedua dalam penetapan akidah-akidah dalam islam.Tetapi tidak samua hadist dapat dijadikan dasar dalam menetapkan akidah.Hadist yang dapat dijadikan dasar adalam menetapkan akidah adalah hadist yang perawinya disepakati dapat di percaya oleh para ulama aswaja.Sedangkan hadist yang perawinya masih diperselisihkan oleh para ulama tidak dapat dijadikan dasar dalam menetapkan akidah sebagaimana kesepakatan para ulama ahli hadist dan fuqaha yang mensucikan allah dari meyerupai makhluk.Menurut mereka dalam menetapkan akidah tidak cukup didasarkan pada hadist yang diriwayatkan melalui jalur yang dhaif,meskipun dperkuat dengan perawi yang lain.Dalam konteks ini al hafizd ibn hajar mengatakan dalam tahul bari  juz 1 hlm 174:
Kata suara yang terdapat dalam redaksi hadist tidak dapat di nisbatkan kepada tuhan dan butuh untuk di ta"wil.Jadi dalam masalah akidah ini tidak cukup didasarkan  pada hadist yang datang dari jalur yang diperselisihkan,meskipun pierkuat oleh jalur yang lain.
Maksud pernyataan al hafidz ibn hajar tersebut adalah kata suara yang terdapat dalam sebagian riwayat hadist tidak dapat dinisbatkan kepada tuhan,dalam artian kalam allah itu berupa suara dan huruf,karena hal ini menyangkut persoalan akidah yang tidak cukup didasarkan pada hadist yang di riwayatkan oleh perawi yang masih diperdebatkan oleh para ulama,meskipun telah diperkuat oleh jalur alin.
Alhafidz al khatib al baghdadi mengtakan dalam kitabnya al fakih wal mutafakkih:
Sifat allah tidak dapat di tetapkan berdasarkan pendapat seorang sahabat atau tabi"in.Sifat allah hanya dapat ditetapkan berdasarkan hadist-hadist nabi saw yang marfu,yaitu perawinya disepakati dapat dipercaya.Jadi hadist dhaif dan hadist yang perawinya diperselisihkan  tidak dapat dijadikan hujjah dalam masalah ini,sehingga apabila ada sanad yang diperselisihkan lalu ada hadist lain yang menguatkannya maka hadist tersebut tidak dapat di jadikan hujjah.    
Al hafizd al baihaqi juga mengutip dalam kitabnya al asma wa al shifat dari al hafidz abu sulaiman al khathabi bahwa sifat allah itu tidak dapat ditetapkan kecuali berdasarkan nash alquran atau hadist yang dipastikan kesohihannya..
Hadist yang dapat dijadikan dasar dalam menetapkan akidah adalah hadist mutawatir yaitu hadist yang mencapai peringkat  tertinggi  dalam kesohihannya.Hadist mutawatir  ialah hadist yang disampaikan oleh sekolompok  orang yang banyak dan berdasarkan  penyaksian mereka serta sampai kepada penerima  hadist tersebut,baik penerima kedua atau ketiga melalui jalur kelompok yang banyak pula.hadist yang semacam ini tidak memberikan peluang terjadinya kebohongan.
Di bawah hadist mutawatir ada hadist mustafidh atau hadist masyur,dan ada lagi hadist  yang dibawahnya  masyur hadist mustafidh atau masyur dapat dijadikan argumentasi dalam menetapkan akidah karena dapat menghasilkan  keyakinan sebagaiman halnya hadist mutawatir.Hadist masyur ialah hadist yang diriwayatkan oleh tigaorang atau lebih dari generasi pertama hingga generasi selanjutnya.Al imam abu hanifah dan pengikutnya menetapkan  syarat bagi hadist yang dapat dijadikan argumentasi dalam hal-hal akidah harus berupa hadist masyur.Dalam risalah-risalah yang ditulisnya dalam hal-hal akidah,abu hanifah membuat hujjah dengan sekitar empat puluh (40) hadist yang tergolong hadist masyur.Risalah-risalah tersebut dihimpun oleh al imam kamaluddin al bayadhi al ahanfi dalam kitabnya  isyarat al maram min ibarat al imam.Sedangkan hadist-hadsit yang peringkatnya di bawah hadist masyur  maka tidak dapa dijadikan argumentasi dalam menetapkan sifat allah.

  • 3.IJMA ULAMA.

Ijma ulama yang mengikuti ajaran ahlul haq dapat dijadikan argumentasi  dalam menetapkan akidah.Dalam hal ini seperti dasar yang melandasi penetapan bahwa sifat-sifat allah itu qadim (tidak ada permulaan) adalah ijma ulama yang qath"i,dalam konteks ini al imam al subkhi berkata dalam kitabnya syarah aqidah ibn al hajib : Ketahuilah sesungguhnya hukum jauhar dan aradh(aksiden) adalah baru.Oleh karena itu semua unsur-unsur alam adalah baru.Hal ini telah menjadi ijma kaum muslimin bahkan ijma seluruh penganut agama-agama (diluar islam .Barang siapa yang menyalahi kesepakatan ini maka dia dinyatakan kafir karena telah menyalahi ijma yang qath"i.(al hafidz azabidi itihaf al sadah al mutaqqin juz 2 hlm 94.(jauhar menurut ahli teologi adalah benda terkecil yang tidak dapat terbagi-bagi dan sedangkan aradh adalah sifat benda yang keberadaanya harus menempati benda lain).

  • 4.AKAL

Dalam ayat-ayat alquran allah swt telah mendorong hamba-hambanya agar merenungkan semua yang ada di alam jagad raya ini agar dapat mengantar pada keyakinan tentang kemahakuasaan allah.Dalam konteks ini allah berfirman:
أولم ينظروا في ملكوت السموات و الارض(الاعراف 185)
dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi ( al araf ayat 185.
Allah swt juga berfirman :

سنريهم ءايتنا قي الآفاق و في أنفسهم حتى يتبين لهم أنه الحق( فصلت.53)
Kami  akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi pada diri mereka sendiri hingga jelas bagi mereka bahwa alquran itu adalah benar ( fusilat ayat 53)
Dalam membicarakan sifat-sifat allah,sifat-sifat nabi,para malaikat dan lain-lain,para ulama tauhid hanya bersandar pada penalaran akal semata.Mereka membicarakan hal tersebut dalam konteks membuktikan kebebnaran semua yang disampaikan oleh nabi saw dengan akal.Jadi menurut ulama tauhid akal di fungsikan sebagai sarana yang dapat membuktikan kebenaran syara" bukan sebagai dasar dalam menetapkan akidah-akidah dalam agama meski demikian hasil penalaran  akal sehat tidak akan keluar dan bertentangan dengan ajaran yang dibawa oleh syara".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar