- Penjelasan Tidak Tercegah Secara Syari’at Dan Secara Akal Bahwa Di Atas Arsy Terdapat Tempat
Sebagian orang kaum Mujassimah di masa sekarang (yaitu golongan Wahhabiyyah) menyebarkan pemahaman menyesatkan dengan mengatakan bahwa di atas arsy tidak ada tempat. Mereka berkata bahwa tempat hanya ada di bawah arsy saja. Dalam mengelabui orang-orang awam mereka berkata: “Allah berada di atas arsy, dan di atas arsy tidak ada tempat”, kadang mereka juga berkata: “Allah berada di atas arsy tanpa tempat”. Ini adalah perkataan yang tidak memiliki dalil sama sekali, karena tidak tercegah secara syari’at dan secara akal bahwa di atas arsy terdapat tempat.
Dalil bahwa di atas arsy terdapat tempat adalah hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda94: -(berikut ini redaksi dalam Shahîh al- Bukhâri)-
"لماّ قضى الله الخلق كتب في كتابه فهو عنده فوق العرش: إن رحمتي غلبت غضبي"“Ketika Allah menciptakan makhluk-Nya Ia menuliskan (ketetapan) dalam sebuah kitab yang kitab tersebut berada di atas arsy: “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka- Ku”.
Dalam riwayat lain dalam redaksi al-Bukhari:
"وهو وَضْعٌ عنده على العرش: إن رحمتي تغلب غضبي"
“Dan kitab tersebut diletakan di atas: “Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka- Ku”
Al-Hâfizh Ibn Hajar al-‘Asqalani berkata:
"وضع: بفتح فسكون، أي موضوع، ووقع كذلك في "الجمع" للحُمَيْدِي بلفظ "موضوع" وهي رواية
الإسماعيلي"
“Kata “wadl’un” dengan fat-hah kemudian sukûn, artinya “mawdlû’un” (artinya; diletakan).
Hadits seperti ini juga ada dalam kitab “al-Jama’” karya al-Humaidi, yaitu dengan redaksi“maudlû’un” yaitu dalam riwayat al-Isma’ili”.
Sementara dalam riwayat Ibn Hibban dengan radaksi berikut:
"وهو مرفوع فوق العرش
“Kitab tersebut terangkat di atas arsy”.
Dari sini kita katakan; Seandainya di atas arsy tidak ada tempat maka tentu Rasulullah tidak akan mengatakan bahwa kitab tersebut berada dan ditempatkan di atas arsy.
Adapun takwil sebagian orang yang mengatakan bahwa kata “fawq” dalam redaksi hadits di atas dalam pemahaman “dûna” (artinya; di bawah) dengan alasan bahwa dalam bahasa Arab penggunaan kata “fawq” terkadang untuk memberikan pemahaman makna “dûna”; maka pendapat menyesatkan ini tertolak dengan hadits riwayat Ibn Hibban yang secara jelas menetapkan bahwa kitab tersebut benar-benar di atas arsy, lihat redaksi berikut:
"وهو مرفوع فوق العرش"
“Kitab tersebut terangkat di atas arsy”
Dengan demikian takwil kata “fawq” dengan “dûna” dalam hadits ini adalah takwil batil, salah dan menyesatkan. Redaksi Ibn Hibban di atas yang menggunakan kata “marfû’” secara jelas membantah pemahaman takwil semacam itu. Demikian pula riwayat al-Bukhari yang telah kita kutip di atas dengan redaksi “wadl’un”, yang artinya “mawdlû’un” (diletakan) juga membantah pemahaman takwil yang menyesatkan tersebut.
Di sini kita katakan kepada mereka: Sesungguhnya memberlakukan takwil terhadap suatu teks itu hanya dilakukan ketika benar-benar dibutuhkan karena tuntutan dalil akal atau karena tuntutan dalil naqliy yang shahih (yang secara zahir berseberangan dengan teks tersebut) sebagaimana kaedah ini telah ditetapkan oleh para ulama Ushul, mereka berkata:
“Memberlakukan metode takwil dengan tanpa didasarkan kepada alasan tersebut maka akan menjadikan setiap teks itu sia-sia belaka, padahal teks-teks syari’at itu harus dihindarkan dari kesia-siaan”.
Al-‘Allâmah al-Faqîh al-Muhaddits asy-Syaikh Abdullah al-Harari berkata:
"وأما معنى "عنده" المذكور في الحديث فهو للتشريف كما في قوله تعالى: في مقعد صدق عند مليك مقتدر
[سورة القمر/ 55 ]، وقد أثبت اللغويون أن "عند" تأتي لغير الحيّز والمكان، فكلمة "عند" في هذا الحديث
لتشريف ذلك المكان الذي فيه الكتاب
“Adapun makna kata “’Indahu” yang disebutkan dalam redaksi hadits tersebut maka itu untuk tujuan pemuliaan (Li at-tasyrîf), seperti pemahaman dalam firman Allah: “(Bahwa orang bertaqwa) di tempatkan di tempat yang baik (menyenangkan) yaitu ditempat yang dimuliakan oleh Allah yang maha agung (yaitu surga)”. (QS. Al Qamar:). Lalu para ahli bahasa (al-Laughawiyyûn) telah menetapkan bahwa kata “’inda” biasa digunakan bukan untuk tujuan arah dan tempat, dengan demikian kata “’inda” dalam hadits ini untuk tujuan memuliakan bagi tempat di mana kitab tersebut berada”.
Al-Hâfizh al-Muhaddits Waliyyuddin Abu Zur’ah Ahmad ibn Abdirrahim al ‘Iraqi (w 826 H) berkata:
"وقوله أي النبي "فهو عنده فوق العرش" لا بد من تأويل ظاهر لفظة "عنده" لأن معناها حضرة الشىء والله
تعالى منزه عن الاستقرار والتحيّز والجهة، فالعنديّة ليست من حضرة المكان بل من حضرة الشرف أي وضع
ذلك الكتاب في محل معظّم عنده"
“Sabda nabi “Fahuwa Mawdlû’un ‘Indahu Fawq al-‘Arsy” mestilah membutuhkan kepada takwil yang nyata dalam kata “’indahu”, karena makna zahirnya untuk mengungkapkan tempat bagi sesuatu, padahal Allah maha suci dari bertempat dan memiliki arah. Maka kata “’indahu” di sini bukan dalam pengertian tempat, tetapi untuk menunjukan kemuliaan, artinya bahwa kitab tersebut diletakan di tempat yang dimuliakan oleh Allah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar